Thursday, October 4, 2018

ke Museum: MUNASAIN, Bogor


Sudah seminggu lamanya, atau lebih tepatnya dua minggu kebelakang, Sa selalu looping lagu 'Naik Kereta Api' dan dengan penegasan kata KE BANDUNG. Dan jadi bolak balik nanya, 'kapan ke Bandung ibu?' atau lain waktu bilang "ke Bandung yuk bu," atau langsung nodong "aku mau ke Bandung ibu, naik kereta" tapi pas saya cek, rate harga tiket kereta belum sesuai dengan kantong kami, lagi mahal. Jadi sebagai ganti, saya ajak Sa untuk ngeKereta ke Bogor. kali ini, benar-benar berdua, dan dengan kondisi yang Sasa masih sangat semangat untuk bisa diajak jalan jauh, udah truly gantung gendongan hehe,, syenang...




Setelah cukup dadakan membuat planning ke Bogor ini, saya sempatkan untuk membuat makanan sebagai bekal di perjalanan, sekalian saya tes, apakah dia suka dengan menu barunya, jadi Rabu siang saya buat #LemperSehat  yang mana buatnya sengaja saya wrap dengan aluminium foil supaya handy dan awet panasnya sampai di lokasi piknik ala-ala kami. Kamis paginya, kami berangkat naik kereta. Untuk menyiasati macet dan padat di kereta, sengaja saya pilih jam senggang yaitu jam setelah orang kantoran berangkat dan pulang pun, saya pilih jam senggang sebelum jam nya orang kantoran pulang. mepet ya? sangat! tapi kami cukup senang dan terutama Sa bahagia bukan main begitu bangun tidur saya ajak mandi dan bisikan "ayo naik kereta"




Kami naik dari Stasiun Palmerah. Stasiun yang menurut saya udah cakep banget beberapa tahun terakhir karena pembangunan dan juga terbilang cukup terawat ya, eniwey, ini Stasiun yang paling dekat dan masuk akal menurut saya, karena jika berangkat dari Stasiun Rawa Buaya kami harus transit di Duri dan transit lagi, itulah mengapa kami prefer berangkat dari St. Palmerah. St Palmerah dan transit di St. Tanah Abang, lalu kereta kami melanju hingga St. Bogor. kayak 1,5 jam perjalanan, kami pun tiba di bogor saat matahari lagi terik teriknya tepat diatas kepala kami.



Berbekal hasil googling, traveloro akhirnya punya tujuan, yaitu ke Museum MUNASAIN di Bogor. Entah karena saya kurang gaul atau emang baru tahu aja, bahwa BOGOR punya tempat kece selain Kebun Raya Bogor ( Bogor Botanical Garden) yang mana lokasi kedua nya pun ternyata berdekatan. kemana aja saya yah, padahal tahun lalu ada ajak Sa ke KRB sama sekali gak lihat tulisan MUSEUM ini.. dan oh ya googling saya end up disini, sungkem buat penulis artikelnya :) 



Dari Stasiun, kami melanjutkan perjalanan menggunakan apps ojek online kesayangan Indonesia, GOJEK. hehe.. karena malas nya naik angkot yang semrawut dan lama banget nge-tem nya. Bogor panas, Kak! Kalau gak cepet jalan bisa gosong di tempat ( hehehe becanda kok) Gojek ini membawa kami sampai ke halaman Museum. Sedih tapi kecewa juga, museum nya sangat sepi. sempat berfikir, apa karena kami datang di hari kerja, jadi pengunjung saat itu adalah traveloro dan Mas Bule gitu, 2 orang, heran ya kenapa BULE suka budaya, suka mengunjungi museum tapi orang kita, malah prefer ke Mall atau tempat hits lainnya, padahal ke Museum banyak sekali manfaatnya, kan?




Museum ini sebelumnya adalah salah satu pusat penilitian Herbarium Bogoriens e atau biasa disebut Museum Etonobotani. Karena koleksi nya terus bertambah dari waktu ke waktu, maka berubah nama menjadi Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia. isinya? beraneka ragam kekayaan alam asli Indonesia. Perkembangan HOLTIKULTURA, Perjalanan era dunia dari jaman prasejarah, bibit tanaman dan rempah rempah super lengkap dan bahkan ada harimau sumatera dan beruang madu yang dipajang disini..


Terdiri dari 2 lantai, dan cukup membayar Rp. 5.000,-/ orang maka kita bisa menjelajahi Indonesia melalui kekayaan alam nya dari ujung paling barat hingga ujung paling timur Negara Kepulauan Indonesia Raya. Terus terang, kedatangan traveloro kali ini bukanlah yang satu-satunya, saya pastikan, akan sering balik kesini, melihat isinya lebih dalam, dan menjelajahi pelan pelan setiap inchi dan detail semua hal yang dipamerkan disini. ada satu yang sangat menarik perhatian saya, yaitu alat penjepit / pemberat untuk mengeringkan daun tanpa merusaknya. terbuat dari pasir yang dimasukan kedalam karung goni/rami dan dijahit kedua ujungnya ( sayang banget saya gak foto, tapi menurut saya, itu canggih sekali, sekalipun itu alat kuno dan jadul, kayak berfikir, ini ilmuan jaman dulu kok udah kepikiran aja ya melakukan dan membuat teknologi sekeren ini..)

















Kami amat sangat menikmati waktu selama disini, walaupun Sa beberapa kali, terlihat ketakutan karena melihat Harimau, Beruang Madu dan Kura-kura yang di pamerkan disini. Tentunya, traveloro merasa museum ini bagus untuk mengedukasi anak-anak kita ( dan juga kita sendiri ) bahwa kekayaan alam indonesia sangat beragam, sangat banyak, dan mumpuni. Dan ini betulan yah, selama ini saya cuma kepikiran kelak Sa besar, jadi Dokter Gigi, tapi sejak melihat museum ini, saya jadi berfikir, kalau Sa besar, kinda Cool gak sih kalau dia jadi Ilmuan.

xx
Traveloro