Memperhatikan lingkungan sekitar
adalah hal yang saya sukai, karena dari proses itulah, kemudian saya berfikir,
dan karena berfikir, saya merasa hidup. Secara ajaib, sekarang traveloro
tinggal dan menetap di S. Terbilang mudah menyesuaikan diri karena kedua
orangtua memang arek dan bonek, stay di S menjadikan kami ibarat going back
home alias Pulang Kampung. Lucu memang, seminggu di S dan kami balik ke
Jakarta, hanya semalam, dan Sa langsung flu, dan kembali sehat sekembalinya di
S. Ini membuktikan bahwa Sa luarbiasa cepat beradaptasi dengan lingkungan S.
Jalan dua bulan stay, traveloro menemukan keunikan-keunikan yang kayaknya hanya
ada di Surabaya deh.. yuk simak :
1. Penjual Sate Jinjing
Pernah kebayang gak, bawa bara api diatas kepala? engga? sama! saya juga sams sekali gak kepikiran, tapi disini, lain cerita. saya pikir ini cuma ada di satu perumahan aja, karena awal liatnya di rumah sodara di Pacar Keling, dan pas pindah, ndilalah.. ada tukang sate jinjing begini lewat
depan rumah, dan Sa panggil. Kebetulan Sa suka sate, dan sate jinjing ini
amazing banget.. si ibu bawa tampah dikepalanya, isinya bumbu sate, sate yang
sudah ditusuk-tusuk, dan bara api sak tungku-tungku’e. dan satenya, sate Madura
asli, penjualnya pun, asli Madura, dengan aksen dan logat yang kental. Rasa
satenya, enak sepertinya, Sa lahap makan.. seporsi Sate Jinjing Rp. 12.000 (
isi nya 10bh sate dan lontong). Jika sate nya saja dihargai Rp. 1.000,-/pc
2. Angkot yang suantai dan jarang nonggol
Satu kata
untuk angkutan umum di Surabaya. Angel ( Bahasa jawa yang artinya: susah). Dari
yang saya amati, kita harus nunggu di terminal untuk waktu yang sedemikian
lamanya, sampai si angkot datang dan mulai beroperasi, jumlahnya yang terbatas,
kalau berdasarkan hasil wawancara saya sama warga asli sini adalah karena
memang warga Surabaya yang dari dulunya adalah warga yang mandiri, lebih senang
pergi-pergian berjalan kaki, bersepeda atau motoran. Itulah sebabnya angkot
hanya sedikit. Ditambah lagi kedatangan ojek online beberapa tahun silam, buat
angkot semakin jarang dan supirnya suantai. Masalah lainnya adalah, warna yang
hampir mirip antar trayek satu dengan lainnya, juga tujuan yang tidak ditulis
di kendaraan, buat pendatang, pasti sulit sekali.. itulah kenapa saya belum
pernah coba naik angkot disini.
3. Naik bis
bayar pakai sampah
![]() |
foto dari google images |
Sebetulnya ini adalah salah satu program uniknya pemerintah Surabaya dalam rangka meminimalisir sampah plastic yang bertebaran di ruas jalan atau di kali. Cukup ampuh tapi bagi saya yang memang selalu bawa tumbler dari rumah jadi kesulitan naik bis ini. Sedangkan Sa pengin banget naik, untung aja pas di sekolahnya Sa ngadain trip dengan bis ini, saya jadi lega deh, keinginannya naik bis terpenuhi juga, sekalipun saya masih tetep ditagihi “kapan naik bis boyo” dan tiap kali lihat sampah botol dikampus, pasti saya bawa pulang.. hihiihi.. tapi minggu lalu, professor saya bilang kalau ini sekarang menjadi polemik karena pemerintah bingung mau diapakan sampah-sampah ini, karena kan pada akhirnya ini jadi pemasukan kas daerah dan mau gak mau harus di konversikan ke dalam bentuk uang.. nah... masih PR juga dari segi penukaran botol yang setahu saya cuma di terminal Purabaya ( rodok lumayan jauh sih dari lokasi tempat tinggal saya), botol nantinya akan ditukar menjadi stiker perjalanan yang berlaku selama 2 jam. selengkapnya nanti jika saya sudah berhasil naik, saya akan ceritakan detailnya yaa.. ^^
4.Mural
yang diawasi CCTV
Suatu
pagi saat macet di simpang jalan Aditya Warman dari arah Kutei, saya gak
sengaja lihat mural disebelah kiri jalan, mural-nya bagus pisan sih menurut
saya, dan artistic sekali, menyatu dengan bangunan yang tampaknya tidak
dipakai. Dan yang membuat saya terkejut adalah, tulisan yang ditempel di pojok
kanan atas yang intinya “ mural ini diawasi CCTV, siapapun yang merusak akan
kena sanksi dari institusi terkait” pas
selesai baca jadi mikir, ternyata mural ini memang merupakan contoh ril support pemerintah
Surabaya untuk seniman mural. Karena memang dinding disepanjang jalan di
Surabaya saya perhatikan pasti ada mural beragam corak dan warna dan theme yang
semuanya cantik-cantik dan instagramable..
5.Jual kerupuk setinggi rumah
5.Jual kerupuk setinggi rumah
Dulunya,
saya gak tahu stigma ini, tapi waktu kerja di The EAST dan ada teman yang
kayaknya ga bisa hidup jika gak makan kerupuk dan kebetulan dia adalah orang
Surabaya (Jawa) dan timbul stigma “pantang bagi orang jawa makan tanpa krupuk”
dan okey saya melihatnya sendiri di rumah, adik saya yang bisa dibilang selalu
cari kerupuk saat makan, bahkan kadang keripik macem lays atau citato gitu
dijadikan kerupuk jika kepepet gak ada stok kerupuk sama sekali. Pas pagi hari
jalan kaki ke pasar Simo, ketemu distributor kerupuk setinggi ini.. gak Cuma
satu atau dua ya, tapi buanyaaaaaaaaaaaaaaak,, mulai dari yang pakai sepeda
onthel sampai yang rodok modern pakai motor, semuanya bawa kerupuk seplastik
besar setinggi-tinggi ini, dan kayaknya habis setiap hari. Sampai pas beli
makan di warung, ga ada cerita kerupuk alot,seringnya kaleng kosong karena
kehabisan kerupuk,,
6. JPO dengan lift
Ini lho, saya sampai
sekarang belum pernah merasakan.. tapi sering lewat.. dan banyak banget JPO
yang difasilitasi dengan Lift, dan ini keren! Sumpah ya.. saya sampai mikir
gimana caranya ide itu tercetus sampai terwujud nyata. Karena pertama, harga
lift gak murah, dan kedua, gimana caranya lift ini jadi fasilitas umum, trus
terbengkalai, terus di coret coret oknum, terus jorok, terus.. terus.. ternyata
engga sih.. masih pada berfungsi dengan baik semua.. walaupun beberapa masih
bertuliskan “percobaan”.
No comments:
Post a Comment