Singkat cerita, pekerjaan broker yang secara tidak sengaja saya geluti post laidoff dari pekerjaan sebelumnya, membuat saya lebih sering dijalan daripada dirumah, dan beberapa Minggu terakhir, fokus pekerjaan saya, berada di seputaran Kedamean- Gresik. Dan karena seringnya bolak balik kesana, saya jadi penasaran mengexplore warung kopi / café local yang ada disekitar, dan saya cukup penasaran dengan satu cafe yang adanya di garasi --- teras & halaman rumah, dengan nama D'john.
Seperti biasa,
sebelum saya kesana.. saya bertanya ke orang lokal tentang tempat ini. Dan juga
cek review nya di google maps, tapi biasanya saya lebih sering pakai feeling
sih.. hehe.. hidung saya mencium aroma nyaman di café ini, dan plus nya
pemandangan yang terkesan ‘ngopi di teras rumah nenek’ menjadi kenyataan. Setelah
beberapa kali bolak balik ‘hanya lewat’ café ini, siang itu, dengan niat bulat,
sehabis mampir ke lokasi properti yang akan di listing, kami kemudian secara
sadar dan sengaja mampir ngopi disini.
First impression
ku begitu masuk ke dalam café nya adalah nyaman, udara Gresik yang panas ( entah
karena bersebelahan dengan lautan, atau juga karena Gresik memang dikelilingi
pabrik-pabrik) tidak mengurangi rasa itu! Walaupun di meja sekitar kasir, hanya
ada kipas, dan udara panas yang sumuk (gerah – bikin keringat berdatangan) tapi
ya nyaman! Kafe ini kebetulan adalah juga rumah tinggal si empunya café. Karena
namanya DJohn, saya menyimpulkan kalau owner café ini adalah pak John (atau
anggap aja begitu ya.. hehehe)
monkey langsung ketemu tempat nyaman (dan juga teman baru). |
Terdapat 2 vibes
dalam satu café dan menurut saya itu smart sekali. Vibes pertama area semi
formal, dengan meja – kursi ‘template’ café.
Vibes kedua area non formal, dimana ada rerumputan, semak semak hijau, bebatuan
yang sedikit berlumut, ayunan super nyaman bergantung di dekat pohon manga, dan
juga ada kolam ikan yang menghidupkan area santai ini. Lagi-lagi saya merasa betulan berada di teras
rumah nenek, karena lokasinya persis di jalan besar, kiri-kanan rumah tapi
rasa-rasa angin desa ada banget disini.. dan memang karena lokasinya sendiri merupakan
halaman rumah pak John, dan sebagian juga adalah garasi nya. Karyawan disini,
tidak banyak, tidak seperti coffee shop yang lain. DJohn ini dikelola oleh
keluarga pak John, sewaktu saya order, pas pertama datang, anak perempuannya
yang menerima order, dan juga yang mengantarkan makanan/ lite bite pesanan kami.
Untuk kopi sebagian diantar langsung oleh pak John. Dan saat membayar sebelum
pulang, yang ada di meja kasir adalah ibunya (istri pak John). Saya jujur
senang sekali ketemu kafe yang dikelola keluarga, seperti cerminan ‘support
system’ yang baik, yang memang seharusnya terjadi disetiap keluarga, yaitu support each other. Dari situ juga, saya
tahu bahwa pak john adalah pencinta kopi sejati,dan beliau sangat beruntung
karena selain support dari keluarga, beliau-pun sudah menjalani profesi idaman
setiap orang, yaitu menjadikan hobinya sebagai pekerjaan (yang menghasilkan
uang & cuan).
Buku menunya, bukanlah buku menu yang disainnya ajaib, hanya buku menu sederhana, dan informative, kadang kala, sering juga orang suka ngopi tapi tidak tahu apa yang mereka minum, nah.. di menu nya Djohn, hal itu nggak akan terjadi. Karena setiap minuman, dijelaskan campurannya. Jadi untuk yang pertama kali coba cappucinno akan tahu, apa saja yang ingredients nya.. bagaimana rasanya.
Diuntungkan oleh
harga kopi yang murah itu, saya memutuskan membeli beberapa kopi, tidak ada
salahnya mencoba kopi yang iced, dan hot. Untuk yang hot, saya pilih manual
brew dengan French press. Dan gila-nya French press disini jarnya besar, jadi
cukup untuk 2 porsi (2 orang) 2 gelas kopi hitam pahit. Lucunya, saat saya memesan wine kopi, pak John memanggil saya
dan menanyakan, seperti nggak yakin kalau lidah saya kuat menghadapi ‘wine
coffee’ racikannya. Karena pertimbangan itu, akhirnya saya cancel pesanan kopi
dan menggantinya dengan jenis kopi lain ( Argopuro dan bukan yang wine coffee).
drench in cafeine |
Later on, Pak
John datang menghampiri meja, tempat saya duduk. Dan membawa 2 gelas FREE wine
coffee (yang tadi mau saya pesan namun saya batalkan atas anjuran pak Jhon). Tidak
tanggung-tanggung 2 gelas. saya sendiri, saat itu sedang menyesap kopi hitam
saya, yang baru saja saya tuang dari French press-nya. Sebuah ironi macam apa ini, siang hingga sore
itu, mulut saya sudah mencicipi 4 gelas kopi hitam (panas), dan 2 gelas kopi
dingin. Setelah mencoba semua manual black coffee ( juga wine coffee nya)
pilihan saya jatuh kepada kopi (yang di french press) karena si wine kopi ini
kebetulan sangat manis untuk lidah ‘kopi hitam apa adanya’ versi saya. Lewat pak
Djohn saya jadi paham kalau kopi manual brew (wine) biasanya diminum bersama
dengan hisapan cerutu, maka dari itu dibuat manis, untuk menutupi ‘beratnya’
cerutu tersebut. No worries saya tetap menghabiskan semua kopi dengan tak
bersisa.
Pengalaman ngopi di DJohn sepertinya akan membawa saya, membawa kami kesini lagi. Saya sangat berharap semakin banyak warung kopi/ café /coffeeshop yang berkonsep jelas dan nyaman dibuat berlama lama entah itu untuk nugas, ketemu klien/ kolega, quality time sama seluruh anggota keluarga, atau bahkan reuni sekolah sekalipun. Oh ya Selain kopi, saya juga berhasil menjejal perut saya dengan cwie mie, sempol ayam pesanan si monkey, tahu dan juga air mineral untuk sedikit menetralisir kafein ditubuh saya. Sebanyak itu menu yang saya pesan, saya hanya membayar selembar uang merah dan masih kembali. Sungguh sangat murah.
Dan satu lagi keunikan dari DJohn
adalah kenyataan bahwa menu termahal adalah wine kopi, bukan makanannya,
padahal disini banyak sekali menu makanannya, tapi ajaibnya harganya dibawah
rata-rata harga makanan di café atau di warung makan sekalipun. Betulan sangat murah sekali, dengan ragam menu yang menggugah selera dan hemat di kantong.
enjoy your weekend.
xoxo
Monk&Mnkey
No comments:
Post a Comment