Tinggal di Surabaya itu, serasa BERLIBUR SETIAP HARI. Bukannya apa-apa,
karena terbiasa tinggal di Jakarta dan berkompromi dengan macetnya selama
puluhan tahun. di Surabaya ini, tempat yang jauh sekalipun, gak butuh waktu
lama untuk dicapai. Jadi sekalipun tetap melakukan aktivitas harian, tapi tetep
rasa liburan karena gak pernah menghadapi kemacetan yang bikin senewen.
Karena serasa liburan ini, saya sampai lupa hari,
karena sehari rasanya panjang banget, di perjalanan mungkin cuma 10 menit
paling macet 15 menit, 20 menit kalau jaraknya rodok jauh atau pas kebetulan
pulang di jam bubarannya orang kantoran. Jadi setelahnya pas dirumah ya kayak
bingung mau ngapain lagi,, hahha… sungguh butuh penyesuaian sepertinya… kaget
dengan kelenggangan yang ditawarkan Surabaya.
Tapi, memang, ikut misa Jumper di Gereja Surabaya
udah saya rencanakan dari jauh hari, semakin saya yakin ingin petgi saat Senin
yang lalu, kami, saya, dapat berita mengembirakan bertubi-tubi dalam satu hari,
saya merasa sangat beruntung dan terberkati. Karna selain lulus tes saya juga
ditelpon untuk datang panggilan kerja di Sidoarjo.
Satu hal yang lucu dari Sidoarjo adalah, jaraknya
sekitar 30km dari rumah. Waaaksss.. dan interview dimulai jam 9 pagi. Saya berpikir
30km itu jauh yaa.. coba deh Tanya sama orang orang yang lama tinggal di
Surabaya, jarak 5KM pun mereka bilang jauh,, gak tahu kalau di Jakarta jarak
3KM aja bisa makan waktu ber jam-jam karena macet. Jadi kalo orang Jakarta
janjian gak bakalan bilang jarak, palingan “1 jam lah sampe lokasi” dan kalau
orang Surabaya pasti bakalan bilang “dimana tempatnya,, ah jauh itu 5KM”
hahahaa… berangkat ke Darjo jam 6.45 dan jam 7.45 udah sampai lokasi, itu udah
+ macet nunggu kereta lewat, macet ada penyempitan Jalan, dan sempet kesasar
juga pa Gojeknya. Hebat yaa..
Pas banget tanggal 1 Maret, awal bulan, di Hari
Jumat, kita pergi ke Gereja SMTB. Gereja Santa Maria Tak Bernoda –Paroki
Ngagel. Mulai misa jam 6, dan sama seperti Gereja Theresia Menteng, sebelum misa
dimulai diawali dengan sama-sama membaca doa Malaikat Tuhan. Baru setelahnya
Misa berlangsung. Kami tiba 30 menit sebelum misa, dan masih dapat kursi yang
cukup dekat dengan Altar. Jika JUMPER di Jakarta 90% diisi oleh orangtua, maka
HEBAT nya JUMPER di SMTB ini hampir mirip misa tiap Minggu, banyak yang datang
sekeluarga, banyak juga anak mudanya.
![]() |
wadah kolekte |
Keunikan yang mata saya tangkap adalah wadah
kolekte ( persembahan) yang gak umum. Alih-alih menggunakan kantong beludru
bergagang, Gereja ini memilih menggunakan baki plastik yang diletakan di ujung
meja tiap baris kursi. Apa yang terjadi dengan kata-kata "JIka
engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu" (Mat 6:3) karena dengan wadah seperti ini, berapapun yang
kita beri, akan terlihat bukan hanya oleh tangan kiri kita tapi oleh semua
orang yang duduk disamping kiri-kanan depan belakang. Hehe jiper aja kalo cuma
kasih sedikit. Tapi bagus juga jika menganut jangan ada rahasia diantara kita
Keunikan lain ada di kipas angin yang super jadul,
dan membuat saya super loveeeee… beneran jadul ya, karena baling balingnya
hanya 2, pokoknya kalau yang unik dan jadul gitu, rasanya pengin bawa pulang
aja.. dikursi juga disediakan Puji Syukur dan sangat memudahkan kami yang
memang benar-benar baru di Gereja ini, gak perlu cari-cari letaknya, karena
langsung disediakan di kursi masing masing.
Misa nya terbilang cepat, sekali lagi, mirip misa
di Gereja Theresia Menteng, kurang lebih satu jam. Selesai Misa, Sa langsung lari
ke patung Bunda Maria & Tuhan Yesus untuk menyalakan lilin dan juga berdoa.
Sekalipun selama misa Sa gak bisa diem, banyak ngoceh, tapi dia sama sekali
ngga tiba-tiba minta keluar untuk ke toilet. Sampai di rumah, saya lalu googling tentang gereja ini dan saya kaget bahwa SMTB ini menjadi salah satu lokasi Tragedi Teror Bom yang belum lama ini terjadi di Surabaya.
xx,
Traveloro
No comments:
Post a Comment