Sudah sejak lama saya, kami, menganggap
Surabaya sebagai rumah, tempat kami bertumbuh, saling percaya dan mengembalikan
rasa saling menguatkan satu sama lain more and more, jadi konsep keluar dari
Jawa Timur, Surabaya khususnya, kami anggap sebagai “pergi” yang mana hal
tersebut sifatnya sementara. Monky mungkin belum genap 6tahun usianya, namun
kedewasaan dan kemandiriannya, dan pengertiannya terhadap si ibu ini
sangat luar biasa, diapun terbiasa menjadi ‘DO-ERS’, tanpa keluhan sedikitpun.
Pada trip kali ini pun, dia mampu jadi kernet along the way pergi & pulang.
Singkat cerita, Lebaran tahun 2022
sangatlah ditunggu semua orang, terlebih ketika larangan untuk mudik sudah
dihapuskan (mengingat 2tahun ini mudik dilarang oleh pemerintah due to
COVID-19) sebagai gantinya, ada peraturan cukup ketat untuk mereka yang mau
mudik ke Jakarta (termasuk kami), dan peraturan road-trip bagi pemudik
(diberlakukan system one way arus mudik dan arus balik di ruas jalan tol Jawa)
khusus yang mudik dengan kendaraan pribadi (jalur darat), untuk naik kereta,
syaratnya harus vaksin 3 kali (termasuk booster) which I just got my 2ndshot
late December.
Kesuksesan roadtrip kali inipun, tak lepas dari
ke-bulat-tekad-an kami, khususnya si Monky yang terus terusan menyemangati
saya, membuat saya semakin percaya diri, bisa dan mampu nyetir jalur darat dari
Surabaya ke Jakarta. Juga sekembalinya rute Jakarta – Surabaya di sela sela riuh
nya berita jalur one way <bahkan untuk tol> saat arus mudik dan arus
balik, salah tanggal kami pergi dan pulang akan membuat kami terjebak dan harus
lewat jalur bawah <tanpa tol> yang pasti membuat jarak tempuh lebih lama.
Saat ini, hanya mengingat perjalanan pulang, kaki kiri rasanya lelah
sekali. Entah mengapa, sebuah mantra bernama “semangat anak” sepertinya
sudah padam saat ini sehingga, hanya dengan membayangkan perjalanan pulang dan
mulai macet di Semarang – Mojokerto rasanya huwooowwwh tiada dua.
Malam itu, 26 April 2022 kami sengaja mengisi
full bensin, dan juga membeli beberapa makanan untuk di perjalanan. Saya hanya
berbekal kopi dan hanya kopi. Malam itu juga, kami memastikan semua barang
sudah masuk ke bagasi mobil. Juga beberapa hal lain yang perlu dibawa, bantal. Selimut
untuk tidur di Jakarta, jaket dan sandal santai, dan botol air 2 liter-an yang
kami isi penuh kedua-duanya. Oh juga satu buah flashdrive terisi lagu jazz,
keroncong dan video baby bus untuk Sa. Tidak beberapa lama kami terlelap lebih
awal karena paginya harus bangun dini hari.
Jam alarm selular berbunyi, tandanya jam
2.25AM, ku siap siap dan kemudian membangunkan Sa, yang beneran langsung bangun
tanpa ritual ‘ngumpulin nyawa’ yang biasanya, memakan waktu 10 menit sendiri. Ajaib
emang si monky itu. Pukul 3.30AM kami memulai perjalanan panjang melewati tol
Mojokerto. Lancar sekali. Perjalanan pergi kami sangat menyenangkan dan cukup
singkat, tapi karena kami lewat tol, ya ada biaya yang sedikit lebih banyak
daripada kalau kami naik kereta / pesawat. Fyi, pesawat dan kereta-pun perlu
bawa hasil RT PCR both untuk ku &Sa (yang kalau dihitung ya sama aja sih,
karena PCR buat 2 orang untuk pergi dan pulang). Tambah lagi tiket kereta, aku
nggak dapat yang harga murah (saudara sempat bilang ada kereta tambahan yang
mana, tiketnya habis aja gitu, walaupun dijualnya dengan harga yang menurutku
nggak murah-murah banget juga sih).
Pergi kali ini, ku hanya berhenti di 2 rest
area besar yaitu; Semarang & Cirebon. Disetiap rest area pun sudah ada
spanduk ‘maksimal berhenti 30 menit’ yang mungkin buat persiapan arus mudik,
karena lonjakan kendaraan, nggak akan cukup untuk rest area kecil, yang tidak
ada starbucksnya, hanya ada jalan lebihan untuk mobil parkir, tidak ada tenant
F&B nya sama sekali. Oh ya disepanjang jalan juga ada beberapa station
semacam drive-thru isi e money, cukup menarik, tapi untuk mempersingkat waktu,
aku sudah lebih dulu mengisi e-tol yang cukup sampai tiba kembali ke Surabaya.
Mojokerto – semarang bisa tercapai dalam waktu
3-jam, sementara Cirebon – Jakarta was another story. Aku bahkan sudah mulai
misuh begitu memasuki tol cikampek, capek lihat kemacetan, kendaraan yang
serobot jalur tanpa tanda, dan suara bising klakson yang mengudara disekitar. Sampai
setibanya di Kembangan, kira kira 850meter dari rumah mama, mobil ditabrak
motor yang lawan arah dan ngebut. Kita butuh 1 jam dipinggir jalan untuk
berdebat sama premotor bodoh yang hampir lepas tanggung jawab dan drama seolah
olah kakinya tidak bisa jalan. Semoga mas nya dapat hidayah ya (kamu selamat
karena boss mu tanggung jawab). Total perjalanan pergi kita sekitar 10 jam,
istirahat kira-kira 1 jam in total, kami tiba di rumah mama sekitar jam 3.30PM.
10 hari di Jakarta, tibalah kami untuk pulang
kembali ke Surabaya. Seperti saat berangkat, saat pulang pun kami start jam
3.30AM dari Tangerang. Perjalanan begitu lancar, kami tiba di Cirebon sekitar
jam 7.40AM. Itupun, kesal karena starbucks tidak ada di rest area padahal rest
areanya besar. Sebagai ganti, saya ketemu coffee shop sederhana yang sudah buka
dan kopinya enak, mobicafe namanya. Disitu
saya beli longwhite 2 gelas (dan dimasukan kedalam tumbler yang saya bawa)
sebagai bekal ngopi, sampai ketemu Starbucks di rest area selanjutnya (rest
area Semarang).
Perjalanan dilanjutkan, dan sedikit tersendat
mulai dari tol Semarang (*cry), ini memang bukan pertama kalinya saya melewati
tol ini, untuk menuju Surabaya atau balik ke Jakarta,tapi ini kali pertama saya
nyetir sendiri dari tol Jawa Timur – Jakarta & sebaliknya. Saya merasakan
betul ngilunya kaki saya saat jalan menanjak dan curam, sekalipun signboard
sudah memberi tahu jalan akan menanjak dan curam, kaki saya tetap saja ngilu, tidak
berhenti hati berdoa semua doa yang saya
tahu.. (kira kira begitulah excitement dan nervous selama nyetir di Tol Semarang.
Betul betul pengalaman baru di usia 30-an saya. Selepas tol semarang, tibalah macet
yang lumayan di tol Jogja, astaga… padahal kami pulang tanggal 5 Mei 2022
dimana diperkirakan saya, jalan tol akan se-lenggang dan se-sepi saat kami
berangkat, ternyata, dugaan saya salah. Karena Lebaran ini, banyak juga manusia
yang berlibur / sowan ke keluarga di luar kota ( yang dari Jawa Tengah mau ke
Jawa Timur), untung aja sempat beli greentea late (free redeem point Starbucks)
di rest Area Semarang tadi. Dan sempat selonjoran kaki dengan view gunung dan
hawa segar khas pegunungan.
perjalanan pulang kami sedikit lebih lama, nyaris 11 jam. Tapi saya masih beruntung (ya saya selalu meng-claim kalau saya manusia paling beruntung di Dunia) karena teman teman saya yang dari Jogja mulai siang, tiba di Surabaya Malam hari. Saya gak kebayang banget deh di tol Ngawi – Madiun kalau sampai saya juga kedapetan macet, mungkin saya akan kapok road trip saat Libur Lebaran. sebagai dokumentasi, saya menyimpan tiket tol saat perjalanan pulang, untuk kendaraan golongan 1 dari jakarta ke Jawa Timur kira kira butuh 800k.
SOOOOO… Jika ditanya, akan ke Jakarta road trip-an
lagi, ku akan jawab Mau! Tentu saja! Why not.. tapi untuk sekarang sekarang
ini,,, untuk sisa tahun 2022 sepertinya quota untuk pergi ke Jakarta sudah
terpenuhi. Saya harus sadar sebagai seorang “monk” saya harus hidup lebih
sederhana daripada hidup saya biasanya. Dan itulah yang sejak sebulan ini saya
lakukan. Saya mampu sederhana dengan bersyukur!
Mari bersyukur
Xx
Monk :*