Thursday, May 5, 2022

Traveloro 1st roadtrip : to JAKARTA



Sudah sejak lama saya, kami, menganggap Surabaya sebagai rumah, tempat kami bertumbuh, saling percaya dan mengembalikan rasa saling menguatkan satu sama lain more and more, jadi konsep keluar dari Jawa Timur, Surabaya khususnya, kami anggap sebagai “pergi” yang mana hal tersebut sifatnya sementara. Monky mungkin belum genap 6tahun usianya, namun kedewasaan dan kemandiriannya, dan pengertiannya terhadap si ibu  ini sangat luar biasa, diapun terbiasa menjadi ‘DO-ERS’, tanpa keluhan sedikitpun. Pada trip kali ini pun, dia mampu jadi kernet along the way pergi & pulang.

Singkat cerita, Lebaran tahun 2022 sangatlah ditunggu semua orang, terlebih ketika larangan untuk mudik sudah dihapuskan (mengingat 2tahun ini mudik dilarang oleh pemerintah due to COVID-19) sebagai gantinya, ada peraturan cukup ketat untuk mereka yang mau mudik ke Jakarta (termasuk kami), dan peraturan road-trip bagi pemudik (diberlakukan system one way arus mudik dan arus balik di ruas jalan tol Jawa) khusus yang mudik dengan kendaraan pribadi (jalur darat), untuk naik kereta, syaratnya harus vaksin 3 kali (termasuk booster) which I just got my 2ndshot late December.


Kesuksesan roadtrip kali inipun, tak lepas dari ke-bulat-tekad-an kami, khususnya si Monky yang terus terusan menyemangati saya, membuat saya semakin percaya diri, bisa dan mampu nyetir jalur darat dari Surabaya ke Jakarta. Juga sekembalinya rute Jakarta – Surabaya di sela sela riuh nya berita jalur one way <bahkan untuk tol> saat arus mudik dan arus balik, salah tanggal kami pergi dan pulang akan membuat kami terjebak dan harus lewat jalur bawah <tanpa tol> yang pasti membuat jarak tempuh lebih lama. Saat ini, hanya mengingat perjalanan pulang, kaki kiri rasanya lelah sekali.  Entah mengapa, sebuah mantra bernama “semangat anak” sepertinya sudah padam saat ini sehingga, hanya dengan membayangkan perjalanan pulang dan mulai macet di Semarang – Mojokerto rasanya huwooowwwh tiada dua.

Malam itu, 26 April 2022 kami sengaja mengisi full bensin, dan juga membeli beberapa makanan untuk di perjalanan. Saya hanya berbekal kopi dan hanya kopi. Malam itu juga, kami memastikan semua barang sudah masuk ke bagasi mobil. Juga beberapa hal lain yang perlu dibawa, bantal. Selimut untuk tidur di Jakarta, jaket dan sandal santai, dan botol air 2 liter-an yang kami isi penuh kedua-duanya. Oh juga satu buah flashdrive terisi lagu jazz, keroncong dan video baby bus untuk Sa. Tidak beberapa lama kami terlelap lebih awal karena paginya harus bangun dini hari.

Jam alarm selular berbunyi, tandanya jam 2.25AM, ku siap siap dan kemudian membangunkan Sa, yang beneran langsung bangun tanpa ritual ‘ngumpulin nyawa’ yang biasanya, memakan waktu 10 menit sendiri. Ajaib emang si monky itu. Pukul 3.30AM kami memulai perjalanan panjang melewati tol Mojokerto. Lancar sekali. Perjalanan pergi kami sangat menyenangkan dan cukup singkat, tapi karena kami lewat tol, ya ada biaya yang sedikit lebih banyak daripada kalau kami naik kereta / pesawat. Fyi, pesawat dan kereta-pun perlu bawa hasil RT PCR both untuk ku &Sa (yang kalau dihitung ya sama aja sih, karena PCR buat 2 orang untuk pergi dan pulang). Tambah lagi tiket kereta, aku nggak dapat yang harga murah (saudara sempat bilang ada kereta tambahan yang mana, tiketnya habis aja gitu, walaupun dijualnya dengan harga yang menurutku nggak murah-murah banget juga sih).

Pergi kali ini, ku hanya berhenti di 2 rest area besar yaitu; Semarang & Cirebon. Disetiap rest area pun sudah ada spanduk ‘maksimal berhenti 30 menit’ yang mungkin buat persiapan arus mudik, karena lonjakan kendaraan, nggak akan cukup untuk rest area kecil, yang tidak ada starbucksnya, hanya ada jalan lebihan untuk mobil parkir, tidak ada tenant F&B nya sama sekali. Oh ya disepanjang jalan juga ada beberapa station semacam drive-thru isi e money, cukup menarik, tapi untuk mempersingkat waktu, aku sudah lebih dulu mengisi e-tol yang cukup sampai tiba kembali ke Surabaya.



Mojokerto – semarang bisa tercapai dalam waktu 3-jam, sementara Cirebon – Jakarta was another story. Aku bahkan sudah mulai misuh begitu memasuki tol cikampek, capek lihat kemacetan, kendaraan yang serobot jalur tanpa tanda, dan suara bising klakson yang mengudara disekitar. Sampai setibanya di Kembangan, kira kira 850meter dari rumah mama, mobil ditabrak motor yang lawan arah dan ngebut. Kita butuh 1 jam dipinggir jalan untuk berdebat sama premotor bodoh yang hampir lepas tanggung jawab dan drama seolah olah kakinya tidak bisa jalan. Semoga mas nya dapat hidayah ya (kamu selamat karena boss mu tanggung jawab). Total perjalanan pergi kita sekitar 10 jam, istirahat kira-kira 1 jam in total, kami tiba di rumah mama sekitar jam 3.30PM.


10 hari di Jakarta, tibalah kami untuk pulang kembali ke Surabaya. Seperti saat berangkat, saat pulang pun kami start jam 3.30AM dari Tangerang. Perjalanan begitu lancar, kami tiba di Cirebon sekitar jam 7.40AM. Itupun, kesal karena starbucks tidak ada di rest area padahal rest areanya besar. Sebagai ganti, saya ketemu coffee shop sederhana yang sudah buka dan kopinya enak, mobicafe namanya. Disitu saya beli longwhite 2 gelas (dan dimasukan kedalam tumbler yang saya bawa) sebagai bekal ngopi, sampai ketemu Starbucks di rest area selanjutnya (rest area Semarang).

Perjalanan dilanjutkan, dan sedikit tersendat mulai dari tol Semarang (*cry), ini memang bukan pertama kalinya saya melewati tol ini, untuk menuju Surabaya atau balik ke Jakarta,tapi ini kali pertama saya nyetir sendiri dari tol Jawa Timur – Jakarta & sebaliknya. Saya merasakan betul ngilunya kaki saya saat jalan menanjak dan curam, sekalipun signboard sudah memberi tahu jalan akan menanjak dan curam, kaki saya tetap saja ngilu, tidak berhenti hati berdoa semua doa  yang saya tahu.. (kira kira begitulah excitement dan nervous selama nyetir di Tol Semarang. Betul betul pengalaman baru di usia 30-an saya. Selepas tol semarang, tibalah macet yang lumayan di tol Jogja, astaga… padahal kami pulang tanggal 5 Mei 2022 dimana diperkirakan saya, jalan tol akan se-lenggang dan se-sepi saat kami berangkat, ternyata, dugaan saya salah. Karena Lebaran ini, banyak juga manusia yang berlibur / sowan ke keluarga di luar kota ( yang dari Jawa Tengah mau ke Jawa Timur), untung aja sempat beli greentea late (free redeem point Starbucks) di rest Area Semarang tadi. Dan sempat selonjoran kaki dengan view gunung dan hawa segar khas pegunungan.




perjalanan pulang kami sedikit lebih lama, nyaris 11 jam. Tapi saya masih beruntung (ya saya selalu meng-claim kalau saya manusia paling beruntung di Dunia) karena teman teman saya yang dari Jogja mulai siang, tiba di Surabaya Malam hari. Saya gak kebayang banget deh di tol Ngawi – Madiun kalau sampai saya juga kedapetan macet, mungkin saya akan kapok road trip saat Libur Lebaran. sebagai dokumentasi, saya menyimpan tiket tol saat perjalanan pulang, untuk kendaraan golongan 1 dari jakarta ke Jawa Timur kira kira butuh 800k. 


SOOOOO… Jika ditanya, akan ke Jakarta road trip-an lagi, ku akan jawab Mau! Tentu saja! Why not.. tapi untuk sekarang sekarang ini,,, untuk sisa tahun 2022 sepertinya quota untuk pergi ke Jakarta sudah terpenuhi. Saya harus sadar sebagai seorang “monk” saya harus hidup lebih sederhana daripada hidup saya biasanya. Dan itulah yang sejak sebulan ini saya lakukan. Saya mampu sederhana dengan bersyukur!




Mari bersyukur


Xx
Monk :*

Sunday, February 20, 2022

Staycation @ Grand Tropic Hotel Jakarta

monkey swimming

Sudah seminggu kami di Jakarta, betulan gak berasa loh udah seminggu di Jakarta.. seperti nya baru kemarin naik kereta dari stasiun Pasar Turi, dan mengantre untuk tes antigen,, dan karena angka positif covid yang lumayan tinggi di Jakarta, kamipun hampir gak kemana-mana, hanya full dirumah dan Sa yang puas main dengan saudara seumurannya, dan juga kegiatan sekolah online yang dia jalani hampir setiap paginya.

my list

jauh sebelum ke Jakarta, saya sudah menulis makanan apa saja yang ingin saya makan selama di Jakarta, seminggu disana, saya bahkan hanya berhasil mencentang beberapa makanan, dan tersisa beberapa makanan lain yang tidak sempat saya cicipi. Padahal list nya pun nggak banyak-banyak amat.. jadi rangkuman 7 hari di Jakarta hanya waktu berkualitas sama anak &amp; saudara-saudara (again, angka covid yang tinggi bikin kita gak bisa kumpul setiap hari, full team kumpul hanya di hari minggu, sewaktu adiknaburju Mitoni & gender reveal dirumah mama) karenanya, ku putuskan untuk  staycation sehari sebelum kami kembali ke Surabaya. 

the view from the pool

Alasannya? karena ingin sedikit memanjakan anak satu-satunya yang lagi senang berenang, ke jakarta, hal pertama yang dilakukan nya adalah memastikan baju renangnya ada di koper, untuk dibawa kejakarta, karena ingin sekali berenang dengan sepupu-sepupunya, atau memperlihatkan ke budhe-budhe nya bahwa dia sudah berenang dengan sangat baik (personally untuk Sa, masuk ke kolam renang tanpa menangis dan kepalanya terkena air tanpa penolakan adalah memang sebuah prestasi. pernah nggak anakmu mimisan setiap habis mandi pagi?? itulah yang belum lama yang lalu terjadi pada Sa, karena ternyata ketidak-suka-annya terhadap air adalah karena pembuluh darah nya yang sensitif sehingga apabila terkena air dikepala, sering langsung mimisan karena pembuluh darah di hidung begitu tipis sehingga kena air sedikit dingin dipagi hari akan membuatnya pecah begitu saja). 

tired after swimming

Beberapa hotel ada dikepala saya, tapi akhirnya saya pilih untuk bermalam di grand tropic karena; kolam renangnya bisa dipakai dan ukurannya cukup besar, ratenya hemat dikantong, spacious room (asli besar banget untuk ukuran hotel hemat dikantong), cukup dekat dari stasiun, mengingat besok pagi sehabis subuh kita harus berangkat ke stasiun untuk kembali ke Surabaya, dan yang terakhir, bisa pandangi cityview dari dalam kamar, dengan membayar 300ribuan saja, kami bisa menginap di hotel bagus ini. menurut hasil googling dan hasil scroll applikasi, hotel ini termasuk kedalam hotel bintang 4, lumayan banget sih rate untuk hotel bintang 4. kami sendiri HANYA PESAN ROOM ONLY, karena, berpikir pasti akan sarapan di stasiun.

Sehabis check in, dan diberikan kunci kamar, kami langsung naik, lift dengan smooth membawa kami ke lantai 12, kamar kami tidak begitu jauh dari lift, dan kami langsung meletakan koper dan barang lain, dan kembali turun kebawah untuk berenang, di lift saat turun, kami berpapasan dengan keluarga yang baru saja selesai berenang, saat itu saya sedikit worry kolam akan ramai.. ternyata begitu sampai di kolam hanya ada 1 anak kecil yang berenang di kolam kedalaman 1,15m. sepi begini disaat lagi pandemi membuat hati tenang bukan main.. karena kalau kolam ramaipun, kami tidak akan berenang. takut tertular virus.

the bathtub

Disini ada beberapa kolam, dengan berbagai kedalaman. Sa memilih berenang di kolam kedalaman 1,15 hanya karena kolam yang lebih rendah (80cm kalau tidak salah) ada isi pasir-parisnya yang menurut dia bakal membuat renang tidak nyaman. saya pun duduk sambil menikmati kolam dan suara air terjun buatan, sungguh sebuah definisi santai sore yang sebenarnya. Puas berenang, kami lalu kembali ke kamar. Sa sendiri melanjutnya 'main air' dengan berendam air hangat di bathtub hotel. senangnya... fasilitas kamar memang luar biasa. 

dinning table
spacious living room

the kitchen
also the kitchen


kamar terbagi menjadi 2 ruangan, ruang tamu &amp; ruang tidur. ruang tidur, terdapat 3 ruangan terpisah; ruang tidur, wardrobe dan kamar mandi. sementara, ruang tamu dilengkapi dengan dapur, meja makan, dan kulkas 1 pintu. interiornya mirip apartemen dengan 1 kamar, luas ruangan juga dimanfaatkan dengan sangat baik, interiornya betulan seperti apartemen 1BR. satu hal yang membuat saya kurang nyaman adalah, suara berisik di area ruang tamu setiap kali air hangat di kamar mandi saya nyalakan. saya jadi berfikir apakah instalasinya ada di setiap kamar atau gimana.. kurang paham tapi cukup mengganggu. 

Hotel juga menjual popcorn di lobby, Sa sudah bolak balik minta dibelikan popcorn, jadilah beli popcorn dan juga berbelanja sedikit makanan dan air minum di Daily foodhall yang ada di lantai bawah dekat lobby utama yang menyatukan tower hotel dan tower apartemen nya. saya juga order online Burgreens, karena di Surabaya nggak ada Burgreens, ada sih.. tapi cuma beberapa menu saja, dan itupun collab dengan coffee shop kecintaan saya SBUX. senangnya bisa merasakan makanan burgreens yang enak DAN MAHAL ITU.

TV di ruang tamu, work properly. Tidak ada kesulitan mengoperasikannya, dan thankfully, program tv kabel juga bisa di tonton dan gambarnya bagus. malam hari kami habiskan mengobrol sambil menonton sementara dia juga sibuk nyemil pop corn nya. Malam berlalu semakin larut, Sa saya ajak ke kamar untuk tidur, karena besok subuh (jam 6 pagi) sudah harus check out dan tes antigen di Stasiun. dia pun setuju dan tidak lama setelah saya bacakan cerita, dia tertidur pulas. Sementara saya sendiri cukup takut ketiduran dan ketinggalan kereta (cukup sudah masa muda ku habiskan dengan ketinggalan pesawat berulang kali) memang semesta ini selalu punya cara untuk membuat kita tetap rendah hati, bila dulu santai walaupun uang hilang sia sia, tiket hangus karena ketinggalan pesawat, hari ini saya bisa takut tiket kereta hangus padahal nominalnya hanya 10% dari tiket pesawat. tapi i manage to fall asleep juga beberapa jam.. 

pintu ke kamar tidur. 

re-pack koper dan tas jinjing, supaya besok pagi bisa check out dengan nyaman... menikmati sekali lagi pemandangan jalanan jakarta dimalam hari.. begitu indah nya lampu lampu kendaraan yang lalu lalang,, dan tetidur sekitar jam 2 pagi.. sudah lama rasanya tidak tidur se-pulas-ini,, senang.. sampai sampai..  

jakarta'S Traffic @5AM

terbangun jam 3 pagi dan menghabiskan makanan yang tersisa, merebus air di electric jar dan menuangnya kedalam termos yang memang saya bawa untuk berpergian. entah... sekalipun selalu pakai masker, polusi Jakarta tetap membuat kami flu dan bersin bersin nyaris radang. jam 5 pagi saya membangunkan Sa, kami pun bersiap dan turun ke lobby jam 6 pagi, tidak berapa lama, taksi online yang kami pesan pun datang.. dan kami kembali ke Surabaya.

See you on another stories of US.  





Saturday, February 5, 2022

ngopi di : D'John cafe & resto -- Gresik


Singkat cerita, pekerjaan broker yang secara tidak sengaja saya geluti post laidoff dari pekerjaan sebelumnya, membuat saya lebih sering dijalan daripada dirumah, dan beberapa Minggu terakhir, fokus pekerjaan saya, berada di seputaran Kedamean- Gresik. Dan karena seringnya bolak balik kesana, saya jadi penasaran mengexplore warung kopi / café local yang ada disekitar, dan saya cukup penasaran dengan satu cafe yang adanya di garasi --- teras & halaman rumah, dengan nama D'john. 

Seperti biasa, sebelum saya kesana.. saya bertanya ke orang lokal tentang tempat ini. Dan juga cek review nya di google maps, tapi biasanya saya lebih sering pakai feeling sih.. hehe.. hidung saya mencium aroma nyaman di café ini, dan plus nya pemandangan yang terkesan ‘ngopi di teras rumah nenek’ menjadi kenyataan. Setelah beberapa kali bolak balik ‘hanya lewat’ café ini, siang itu, dengan niat bulat, sehabis mampir ke lokasi properti yang akan di listing, kami kemudian secara sadar dan sengaja mampir ngopi disini.


First impression ku begitu masuk ke dalam café nya adalah nyaman, udara Gresik yang panas ( entah karena bersebelahan dengan lautan, atau juga karena Gresik memang dikelilingi pabrik-pabrik) tidak mengurangi rasa itu! Walaupun di meja sekitar kasir, hanya ada kipas, dan udara panas yang sumuk (gerah – bikin keringat berdatangan) tapi ya nyaman! Kafe ini kebetulan adalah juga rumah tinggal si empunya café. Karena namanya DJohn, saya menyimpulkan kalau owner café ini adalah pak John (atau anggap aja begitu ya.. hehehe)

monkey langsung ketemu tempat nyaman (dan juga teman baru).

Terdapat 2 vibes dalam satu café dan menurut saya itu smart sekali. Vibes pertama area semi formal, dengan meja – kursi  ‘template’ café. Vibes kedua area non formal, dimana ada rerumputan, semak semak hijau, bebatuan yang sedikit berlumut, ayunan super nyaman bergantung di dekat pohon manga, dan juga ada kolam ikan yang menghidupkan area santai ini.  Lagi-lagi saya merasa betulan berada di teras rumah nenek, karena lokasinya persis di jalan besar, kiri-kanan rumah tapi rasa-rasa angin desa ada banget disini.. dan memang karena lokasinya sendiri merupakan halaman rumah pak John, dan sebagian juga adalah garasi nya. Karyawan disini, tidak banyak, tidak seperti coffee shop yang lain. DJohn ini dikelola oleh keluarga pak John, sewaktu saya order, pas pertama datang, anak perempuannya yang menerima order, dan juga yang mengantarkan makanan/ lite bite pesanan kami. Untuk kopi sebagian diantar langsung oleh pak John. Dan saat membayar sebelum pulang, yang ada di meja kasir adalah ibunya (istri pak John). Saya jujur senang sekali ketemu kafe yang dikelola keluarga, seperti cerminan ‘support system’ yang baik, yang memang seharusnya terjadi disetiap keluarga, yaitu support each other. Dari situ juga, saya tahu bahwa pak john adalah pencinta kopi sejati,dan beliau sangat beruntung karena selain support dari keluarga, beliau-pun sudah menjalani profesi idaman setiap orang, yaitu menjadikan hobinya sebagai pekerjaan (yang menghasilkan uang & cuan).

Buku menunya, bukanlah buku menu yang disainnya ajaib, hanya buku menu sederhana, dan informative, kadang kala, sering juga orang suka ngopi tapi tidak tahu apa yang mereka minum, nah.. di menu nya Djohn, hal itu nggak akan terjadi. Karena setiap minuman, dijelaskan campurannya. Jadi untuk yang pertama kali coba cappucinno akan tahu, apa saja yang ingredients nya.. bagaimana rasanya. 




Dan kaget seketika melihat harganya yang sangat murah. Untuk sebagian orang, mungkin langsung pesan (hanya karena harganya murah). Untuk saya, karena memang dari awal (berminggu-minggu sebelum akhirnya mampir) yang membuat saya kesini adalah rasa penasaran saya, terhadap rasa kopinya, dan setelah datang semakin kuat bahwa feeling saya benar, saya yakin, kopi yang dijual ini bukanlah kopi kemasan melainkan kopi artisan. Saya lihat pak John sendiri yang membuat semua orderan kopinya.


Diuntungkan oleh harga kopi yang murah itu, saya memutuskan membeli beberapa kopi, tidak ada salahnya mencoba kopi yang iced, dan hot. Untuk yang hot, saya pilih manual brew dengan French press. Dan gila-nya French press disini jarnya besar, jadi cukup untuk 2 porsi (2 orang) 2 gelas kopi hitam pahit. Lucunya, saat saya  memesan wine kopi, pak John memanggil saya dan menanyakan, seperti nggak yakin kalau lidah saya kuat menghadapi ‘wine coffee’ racikannya. Karena pertimbangan itu, akhirnya saya cancel pesanan kopi dan menggantinya dengan jenis kopi lain ( Argopuro dan bukan yang wine coffee).

drench in cafeine

Later on, Pak John datang menghampiri meja, tempat saya duduk. Dan membawa 2 gelas FREE wine coffee (yang tadi mau saya pesan namun saya batalkan atas anjuran pak Jhon). Tidak tanggung-tanggung 2 gelas. saya sendiri, saat itu sedang menyesap kopi hitam saya, yang baru saja saya tuang dari French press-nya.  Sebuah ironi macam apa ini, siang hingga sore itu, mulut saya sudah mencicipi 4 gelas kopi hitam (panas), dan 2 gelas kopi dingin. Setelah mencoba semua manual black coffee ( juga wine coffee nya) pilihan saya jatuh kepada kopi (yang di french press) karena si wine kopi ini kebetulan sangat manis untuk lidah ‘kopi hitam apa adanya’ versi saya. Lewat pak Djohn saya jadi paham kalau kopi manual brew (wine) biasanya diminum bersama dengan hisapan cerutu, maka dari itu dibuat manis, untuk menutupi ‘beratnya’ cerutu tersebut. No worries saya tetap menghabiskan semua kopi dengan tak bersisa.

Pengalaman ngopi di DJohn sepertinya akan membawa saya, membawa kami kesini lagi. Saya sangat berharap semakin banyak warung kopi/ café /coffeeshop yang berkonsep jelas dan nyaman dibuat berlama lama entah itu untuk nugas, ketemu klien/ kolega, quality time sama seluruh anggota keluarga, atau bahkan reuni sekolah sekalipun. Oh ya Selain kopi, saya juga berhasil menjejal perut saya dengan cwie mie, sempol ayam pesanan si monkey, tahu dan juga air mineral untuk sedikit menetralisir kafein ditubuh saya. Sebanyak itu menu yang saya pesan, saya hanya membayar selembar uang merah dan masih kembali. Sungguh sangat murah. 

Dan satu lagi keunikan dari DJohn adalah kenyataan bahwa menu termahal adalah wine kopi, bukan makanannya, padahal disini banyak sekali menu makanannya, tapi ajaibnya harganya dibawah rata-rata harga makanan di café atau di warung makan sekalipun. Betulan sangat murah sekali, dengan ragam menu yang menggugah selera dan hemat di kantong. 






enjoy your weekend. 


xoxo

Monk&Mnkey